Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap
amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan
sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah
Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa
tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan
dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang
berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia
berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau
mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak
misk.”9
9 HR. Muslim no. 1151.
10 HR. Bukhari no. 1904
11 HR. Ahmad 2/467. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim
Dalam riwayat lain dikatakan,
“Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”.”10
Dalam riwayat Ahmad dikatakan,
“Allah
‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), “Setiap amalan adalah sebagai
kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku
sendiri yang akan membalasnya”.”11
Pahala yang Tak Terhingga di Balik Puasa
Dari
riwayat pertama, dikatakan bahwa setiap amalan akan dilipatgandakan
sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kebaikan yang semisal. Kemudian
dikecualikan amalan puasa. Amalan puasa tidaklah dilipatgandakan seperti
tadi. Amalan puasa tidak dibatasi lipatan pahalanya. Oleh karena itu,
amalan puasa akan dilipatgandakan oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa
ada batasan bilangan.
Kenapa
bisa demikian? Ibnu Rajab Al Hambali –semoga Allah merahmati beliau-
mengatakan,”Karena puasa adalah bagian dari kesabaran”. Mengenai
ganjaran orang yang bersabar, Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)
Sabar
itu ada tiga macam yaitu (1) sabar dalam melakukan ketaatan kepada
Allah, (2) sabar dalam meninggalkan yang haram dan (3) sabar dalam
menghadapi takdir yang terasa menyakitkan. Ketiga macam bentuk sabar
ini, semuanya terdapat dalam amalan puasa. Dalam puasa tentu saja di
dalamnya ada bentuk melakukan ketaatan, menjauhi hal-hal yang
diharamkan, juga dalam puasa seseorang berusaha bersabar dari hal-hal
yang menyakitkan seperti menahan diri dari rasa lapar, dahaga, dan
lemahnya badan. Itulah mengapa amalan puasa bisa meraih pahala tak
terhingga sebagaimana sabar.
Amalan Puasa Khusus untuk Allah
Dalam
riwayat lain dikatakan bahwa Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa
adalah untuk-Ku”. Riwayat ini menunjukkan bahwa setiap amalan manusia
adalah untuknya. Sedangkan amalan puasa, Allah khususkan untuk diri-Nya.
Allah menyandarkan amalan tersebut untuk-Nya.
Kenapa Allah bisa menyandarkan amalan puasa untuk-Nya?
[Alasan
pertama] Karena di dalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai
kesenangan dan berbagai syahwat. Hal ini tidak didapati dalam amalan
lainnya. Dalam ibadah ihram, memang ada perintah meninggalkan jima’
(berhubungan badan dengan istri) dan meninggalkan berbagai
harum-haruman. Namun bentuk kesenangan lain dalam ibadah ihram tidak
ditinggalkan. Begitu pula dengan ibadah shalat. Dalam shalat memang kita
dituntut untuk meninggalkan makan dan minum. Namun itu terjadi dalam
waktu yang singkat. Bahkan ketika hendak shalat, jika makanan telah
dihidangkan dan kita merasa butuh pada makanan tersebut, kita dianjurkan
untuk menyantap makanan tadi dan boleh menunda shalat ketika dalam
kondisi seperti itu.
Jadi
dalam amalan puasa terdapat bentuk meninggalkan berbagai macam syahwat
yang tidak kita jumpai pada amalan lainnya. Jika seseorang telah
melakukan ini semua –seperti meninggalkan hubungan badan dengan istri
dan meninggalkan makan-minum ketika puasa-, dan dia meninggalkan itu
semua karena Allah, padahal tidak ada yang memperhatikan apa yang dia
lakukan tersebut selain Allah, maka ini menunjukkan benarnya iman orang
yang melakukan semacam ini. Itulah yang dikatakan oleh Ibnu Rajab,
“Inilah yang menunjukkan benarnya iman orang tersebut.” Orang yang
melakukan puasa seperti itu selalu menyadari bahwa dia berada dalam
pengawasan Allah meskipun dia berada sendirian. Dia telah mengharamkan
melakukan berbagai macam syahwat yang dia sukai. Dia lebih suka mentaati
Rabbnya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya karena
takut pada siksaan dan selalu mengharap ganjaran-Nya. Sebagian salaf
mengatakan, “Beruntunglah orang yang meninggalkan syahwat yang ada di
hadapannya karena mengharap janji Rabb yang tidak nampak di hadapannya”.
Oleh karena itu,
Allah
membalas orang yang melakukan puasa seperti ini dan Dia pun
mengkhususkan amalan puasa tersebut untuk-Nya dibanding amalan-amalan
lainnya.
[Alasan
kedua] Puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya yang
tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Amalan puasa berasal dari niat
batin yang hanya Allah saja yang mengetahuinya dan dalam amalan puasa
ini terdapat bentuk meninggalkan berbagai syahwat. Oleh karena itu, Imam
Ahmad dan selainnya mengatakan, “Dalam puasa sulit sekali terdapat
riya’ (ingin dilihat/dipuji orang lain).” Dari dua alasan inilah, Allah
menyandarkan amalan puasa pada-Nya berbeda dengan amalan lainnya.
Sebab Pahala Puasa, Seseorang Memasuki Surga
Lalu
dalam riwayat lainnya dikatakan, “Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang
artinya), “Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan
puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.”
Sufyan
bin ‘Uyainah mengatakan, “Pada hari kiamat nanti, Allah Ta’ala akan
menghisab hamba-Nya. Setiap amalan akan menembus berbagai macam
kezholiman yang pernah dilakukan, hingga tidak tersisa satu pun kecuali
satu amalan yaitu puasa. Amalan puasa ini akan Allah simpan dan akhirnya
Allah memasukkan orang tersebut ke surga.”
Jadi,
amalan puasa adalah untuk Allah Ta’ala. Oleh karena itu, tidak boleh
bagi seorang pun mengambil ganjaran amalan puasa tersebut sebagai
tebusan baginya. Ganjaran amalan puasa akan disimpan bagi pelakunya di
sisi Allah Ta’ala. Dengan kata lain, seluruh amalan kebaikan dapat
menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan oleh pelakunya. Sehingga karena
banyaknya dosa yang dilakukan, seseorang tidak lagi memiliki pahala
kebaikan apa-apa.
Ada
sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa hari kiamat nanti antara amalan
kejelekan dan kebaikan akan ditimbang, satu yang lainnya akan saling
memangkas. Lalu tersisalah satu kebaikan dari amalan-amalan kebaikan
tadi yang menyebabkan pelakunya masuk surga.
Itulah
amalan puasa yang akan tersimpan di sisi Allah. Amalan kebaikan lain
akan memangkas kejelekan yang dilakukan oleh seorang hamba. Ketika tidak
tersisa satu kebaikan kecuali puasa, Allah akan menyimpan amalan puasa
tersebut dan akan memasukkan hamba yang memiliki simpanan amalan puasa
tadi ke dalam surga.
Dua Kebahagiaan yang Diraih Orang yang Berpuasa
Dalam
hadits di atas dikatakan, “Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan
dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan
ketika berjumpa dengan Rabbnya.”
Kebahagiaan
pertama adalah ketika seseorang berbuka puasa. Ketika berbuka, jiwa
begitu ingin mendapat hiburan dari hal-hal yang dia rasakan tidak
menyenangkan ketika berpuasa, yaitu jiwa sangat senang menjumpai
makanan, minuman dan menggauli istri. Jika seseorang dilarang dari
berbagai macam syahwat ketika berpuasa, dia akan merasa senang jika hal
tersebut diperbolehkan lagi.
Kebahagiaan
kedua adalah ketika seorang hamba berjumpa dengan Rabbnya yaitu dia
akan jumpai pahala amalan puasa yang dia lakukan tersimpan di sisi
Allah. Itulah ganjaran besar yang sangat dia
butuhkan.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi
Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.”
(QS. Al Muzammil: 20)
Bau Mulut Orang yang Berpuasa di Sisi Allah
Ganjaran
bagi orang yang berpuasa yang disebutkan pula dalam hadits di atas ,
“Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah
daripada bau minyak misk.”
Seperti
kita tahu bersama bahwa bau mulut orang yang berpuasa apalagi di siang
hari sungguh tidak mengenakkan. Namun bau mulut seperti ini adalah bau
yang menyenangkan di sisi Allah karena bau ini dihasilkan dari amalan
ketaatan dank arena mengharap ridho Allah. Sebagaimana pula darah orang
yang mati syahid pada hari kiamat nanti, warnanya adalah warna darah,
namun baunya adalah bau minyak misk.
Harumnya bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah ini ada dua sebab:
[Pertama]
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa puasa adalah rahasia antara
seorang hamba dengan Allah di dunia. Ketika di akhirat, Allah pun
menampakkan amalan puasa ini sehingga makhluk pun tahu bahwa dia adalah
orang yang gemar berpuasa. Allah memberitahukan amalan puasa yang dia
lakukan di hadapan manusia lainnya karena dulu di dunia, dia berusaha
keras menyembunyikan amalan tersebut dari orang lain. Inilah bau mulut
yang harum yang dinampakkan oleh Allah di hari kiamat nanti karena
amalan rahasia yang dia lakukan.
[Kedua]
Barangsiapa yang beribadah dan mentaati Allah, selalu mengharap ridho
Allah di dunia melalui amalan yang dia lakukan, lalu muncul dari
amalannya tersebut bekas yang tidak terasa enak bagi jiwa di dunia, maka
bekas seperti ini tidaklah dibenci di sisi Allah. Bahkan bekas tersebut
adalah sesuatu yang Allah cintai dan baik di sisi-Nya. Hal ini
dikarenakan bekas yang tidak terasa enak tersebut muncul karena
melakukan ketaatan dan mengharap ridho Allah. Oleh karena itu, Allah pun
membalasnya dengan memberikan bau harum pada mulutnya yang menyenangkan
seluruh makhluk, walaupun bau tersebut tidak terasa enak di sisi makluk
ketika di dunia.
Inilah
beberapa keutamaan amalan puasa. Inilah yang akan diraih bagi seorang
hamba yang melaksanakan amalan puasa yang wajib di bulan Ramadhan maupun
amalan puasa yang sunnah dengan dilandasi keikhlasan dan selalu
mengharap ridho Allah.12
12 Pembahasan ini disarikan dari Latho’if Al Ma’arif, hal. 268-290.